Minggu, 10 April 2022

Aksi Nyata Modul 3.3 Pendidikan Guru Penggerak

 


Peningkatan Literasi Digital Siswa Bersama Rumah Belajar

 

1.Peristiwa (Fact) Latar Belakang Aksi Nyata

Sudah dua tahun pandemi COVID-19 mewabah dan learning loss menjadi salah satu dampak sosial negatif yang muncul. Pandemi menyebabkan proses belajar mengajar harus dilakukan secara daring. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan selama pandemi memegang prinsip mengutamakan kesehatan dan keselamatan, serta mempertimbangkan tumbuh kembang dan hak anak. Karena itu, pemerintah selalu mengkaji kebijakan pembelajaran sesuai dengan konteks perkembangan pandemi dan kebutuhan pembelajaran. Secara bertahap, saat ini sekolah-sekolah di Indonesia sudah melaksanakan pembelajaran secara langsung. Hal ini dilakukan sebagai solusi untuk mencegah dampak sosial negatif berkepanjangan yang muncul pada siswa, salah satunya adalah learning loss.

 

Pembelajaran tatap muka saat ini dilakukan terbatas. Dengan demikian, sangat dibutuhkan adanya sumber belajar atau referensi rujukan tambahan untuk membantu proses belajar anak. Di masa pandemi seperti sekarang ini, belajar secara online/ streaming menjadi sebuah kewajiban bagi seluruh siswa & siswi demi memutus persebaran virus Corona penyebab penyakit Covid-19. Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mendukung program pemerintah Indonesia, melalui Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom) meluncurkan portal belajar online yang dikenal dengan nama Rumah Belajar.

 

Fitur utama Rumah Belajar

1. Kelas Digital

2. Sumber Belajar

3. Bank Soal

4. Laboratorium Maya

 

Portal Rumah Belajar yang bisa diakses di https://belajar.kemdikbud.go.id ini tidak hanya dimanfaatkan oleh siswa & siswi, tetapi juga para guru untuk mendukung proses belajar mengajar agar menjadi lebih interaktif. Dan bisa diakses kapanpun, baik di dalam atau diluar jam belajar.

 

Rumah Belajar sendiri ternyata sudah mulai dirintis Kemendikbud dari tahun 2008, secara resmi diluncurkan 3 tahun setelahnya. Tujuan utama program Rumah Belajar adalah :

 

1.     Memperluas dan mempermudah akses materi pembelajaran bagi siswa.

2.    Meningkatkan kemampuan para pengajar untuk beradaptasi dengan teknologi.

 

Ini semua dilakukan sesuai dengan perkembangan zaman digital. Sedangkan materi yang tersedia di Rumah Belajar disediakan oleh Kemendikbud. Seluruh materi disajikan menggunakan audio video, sehingga akan mempermudah memahami materi terkait.

Fitur utama Rumah Belajar

 

Melihat dari situ Rumah Belajar Kemendikbud, dibagi menjadi 4 fitur utama, yaitu :

 

1. Kelas Digital

Kelas Digital ini merupakan Learning Management System (LMS) yang dikembangkan dengan tujuan memfasilitasi proses pembelajaran virtual antara guru dan siswa.

 

2. Sumber Belajar

Sumber belajar ini merupakan fitur yang menyajikan materi bagi siswa dan guru berdasarkan kurikulum, dalam bentuk gambar, video, animasi, simulasi, evaluasi, dan permainan.

 

3. Bank Soal

Bank soal ini merupakan kumpulan soal dan materi evaluasi siswa yang dikelompokkan berdasarkan mata pelajaran.

 

4. Laboratorium Maya

Laboratorium Maya ini merupakan simulasi praktikum yang disajikan secara interaktif dan menarik, tersedia lembar kerja siswa dan teori praktikum.

 

Selain itu, juga tersedia fitur lainnya, yaitu :

 

1. Buku sekolah elektronik

Buku sekolah elektronik ini menjadi alternatif untuk para siswa yang tidak dapat membeli buku fisik. Selain itu sebagai tambahan referensi acuan belajar. Saat ini telah tersedia lebih dari 2000 buku

 

2. Modul digital

 

3. Peta budaya

Peta budaya ini digunakan untuk mempelajari berbagai macam budaya di Indonesia

 

4. Wahana jelajah angkasa

Wahana jelajah angkasa digunakan sebagai simulasi benda-benda angkasa

 

5. Pengembangan keprofesian berkelanjutan

 

Yang dilakukan pada aksi nyata berikut alasan melaksanakan aksi nyata :

Aksi nyata pengelolaan program yang berdampak pada murid di maksudkan untuk mewujudkan kepemimpinan murid, program ini di lakukan dengan harapan siswa siswi bisa menumbuhkan sikap berani dalam dirinya, berani tampil dan mengekspresikan dirinya dan menghargai seni dan budaya nasional dan bisa mengembangkan potensi atau bakat yang di milikinya.

Aksi nyata ini di lakukan untuk mewujudkan langkah pengelolaan program yang berdampak pada murid dengan berbasis pemetaan aset sekolah menggunakan model BAGJA Yang dilakukan guna memastikan sebuah program yang berdampak pada murid. Sehingga bisa menjadi langkah konkrit keterlibatan sebagai pemimpin dalam pengembangan sekolah.

Tujuan Utama melaksanakan aksi nyata ini adalah sebagai berikut :

§   Membangun kesadaran siswa atas pentingnya meningkatkan literasi digital  untuk mendukung pembelajaran yang efektif

§   Menumbuhkan kemampuan berprikir kritis siswa

§   Menumbuhkan jiwa kepemimpinan siswa

§   Menjadikan kegiatan literasi digital sebagai budaya positif bagi siswa

§   Melatih kemandirian siswa dalam memecahkan masalah

§   Menumbuhkan budi pekerti dan kepribadian yang baik kepada siswa

§   Memanfaatkan gawai/gadget yang dimiliki dalam menumbuhkan dan meningkatkan literasi murid.

 

 

Hasil Aksi Nyata yang di lakukan

 

Secara umum program berjalan dengan baik, sehingga tujuan dapat tercapai. Adapun kegiatannya adalah sebagai berikut:

 

1.      Murid mengaktifkan akun belajar id dibimbing oleh guru dan petugas operator sekolah

2.      Murid membuat akun dan login di portal rumah belajar

3.      Murid mendapatkan sosialisasi fitur, menu dan kegunaan portal rumah belajar

4.      Dengan bimbingan guru, murid memanfaatkan konten di rumah belajar untuk mendukung pembelajaran.

Dengan terlaksananya program ini , maka program ini pada dasarnya dirancang untuk menumbuhkan akan pentingnya budaya literasi baik dengan buku-buku yang ada di perpustakaan maupun dengan memanfaatkan kanl-kanal digital. Siswa-siswi perlu di perkenalkan betapa pentingnya kegiatan literasi yang dilakukan sehingga sebagai generasi muda penerus bangsa akan selalu menjunjung budaya yang mampu menggunakan gadget secara bijak. Di perlukan sebuah pembiasaan yang menjadi sebuah budaya. Dengan pelaksanan kegiatan yang rutin dan berkelajutan dari program ini maka dampak pada murid dalam hal meningkatkan minat dan bakat serta jiwa kepemimpinan dan juga kepedulian akan literasi akan membuahkan hasil.

Kegiatan literasi digital yang di lakukan di SMPN 2 Tanjungsari di atas menunjukan bahwa kegiatan literasi tidak semata – mata dilakukan secara manual saja, tetapi juga bisa dilakukan secara digital dengan bimbingan oleh guru . Untuk memperkaya sumber belajar, Peserta didik diberikan pengarahan untuk memanfaatkan segala fitur yang ada di rumah belajar untuk menunjang pembelajaran mereka . Dengan demikian, loss learning akibat pembelajaran tatap muka terbatas dapat diminimalisasi.

 

2.PERASAAN (FEELING)

Perasaan saat merencanakan aksi nyata program yang berdampak pada murid ini adalah merasa tertantang karena program ini bertujuan untuk meminimalisasi loss learning sekaligus meningkatkan literasi siswa.

Saya juga merasa optimis dengan pencapaian program yang sudah berjalan. Terlaksananya program ini tidak terlepas dari kolaborasi semua pemangku kepentingan (kepala sekolah, OPS, guru) terutama siswa yang sangat antusias terlibat dalam program literasi digital ini. Dengan respon yang baik dari warga sekolah terutama murid membuat saya ingin terus terlibat dalam pengelolaan program ini agar lebih baik lagi ke depannya dan dengan harapan dapat terus berkelanjutan.

 

3. PEMBELAJARAN ( FINDING) YANG DI DAPAT DARI PELAKSANAAN AKSI NYATA.

Pembelajaran yang di dapatkan dari aksi nyata adalah terwujudnya kepemimpinan murid dalam literasi digital untuk meminimalisasi loss learning, menumbuhkan minat baca serta jiwa kepemimpinan, terwujudnya karakter siswa yang memiliki pengetahuan dari sumber – sumber informasi yang diperoleh dan menjadi siswa yang berani tampil dan mengekspresikan bakat maupun potensinya pada akhirnya besar harapan saya bahwa program ini akan bisa mewujudkan profil pelajar pancasila.

Dari aksi nyata ini saya mendapatkan banyak pelajaran penting, yaitu bagiamana saya menyusun dan mengelola sebuah program yang berdampak pada murid dengan pemetaan aset model BAGJA. Selain itu saya menyadari pentingnya kolaborasi antar pemangku kepentingan untuk suksesnya program ini. Saya juga belajar bahwa peran guru tidak terbatas pada pembelajaran di dalam kelas saja namun harus peduli dan ikut terlibat dalam mengelola program yang berdampak pada murid .

4. PENERAPAN KEDEPAN (FUTURE) RENCANA PERBAIKAN UNTUK PELKASANAAN DI MASA DEPAN

Recana perbaikan ke depan yaitu mengoptimalkan kolaborasi dengan seluruh guru mata pelajaran agar mendampingi siswa untuk mengakses portal rumah belajar  sebagai referensi dan sumber belajar tambahan untuk siswa.

Demikianlah aksi nyata modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid yang saya lakukan di sekolah saya SMPN 2 Tanjungsari, semoga program yang saya lakukan ini dapat meminimalisasi loss learning di sekolah saya sekaligus meningkatkan literasi siswa .

 





Minggu, 27 Maret 2022

3.3.a.10.2. Jurnal Refleksi - Minggu 24

 By: Imam Mas'ud, S.Pd



Model yang digunakan dalam Jurnal Reflksi Minggu ke 24 ini adalah Model 5 R.

Reporting

Materi pada minggu ini diawali dengan ruang kolaborasi sesi presentasi diskusi modul 3.3 kami dibagi menjadi 3 kelompok heterogen setiap kelompok beranggotakan 4 orang dan masing-masing kelompok mempresentasikan tentang perencanaan dan pengelolaan program yang berdampak pada murid . Setelah mnyelesaikan presentasi ruang kolaborasi kemudian dilanjutkan dengan demonstrasi kontekstual modul 3.3.

Responding

Saya sangat senang mendapatkan materi pengelolaan program yang berdampak pada murid. Hal ini merupakan materi baru yang saya peroleh dalam PGP dalam mengelola program yang berdampak pada murid. Panduan yang dapat digunakan adalah menerapkan paradigma inquiry apresiatif melalui tahapan BAGJA karakter lingkungan yang dikembangkan serta diagram Y yang mencakup suara pilihan kepemilikan murid.

Relating

Pada dasarnya bahwa setiap sekolah pasti selalu membuat program untuk mengakomodir kebutuhan murid,  namun selama ini belum dimulai dengan 7 modal yang sekolah miliki.  Ketujuh model tersebut yaitu sumber daya manusia, sosial, fisik, lingkungan, politik ,financial, agama dan budaya dapat digunakan sebagai penunjang program sekolah yang diharapkan.

Reasoning

Salah satu panduan yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan paradigma yang apresiatif melalui tahapan BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi) karakteristik lingkungan yang dikembangkan serta diagram Y yang mendorong keterpenuhinya suara, pilihan dan kepemilikan murid.

Reconstructing.

Setelah mempelajari dan memahami pengelolaan program yang berdampak pada murid, saya akan mengaplikasikannya dalam pembelajaran di lingkungan sekolah. Penerapan strategi yang digunakan dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid.


Selasa, 22 Maret 2022

3.3.a.6. Refleksi Terbimbing - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

3.3.a.6. Refleksi Terbimbing - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

Oleh: Imam Mas'ud, S.Pd




1. Apa yang menarik bagi Anda setelah memelajari pengelolaan program yang berdampak pada murid?

Menurut saya hal yang menarik  pada saat memelajari modul modul 3.3 adalah adanya 7 karakteristik lingkungan untuk mendukung terwuhujudnya kepemimpinan murid. Ternyata untuk mengembangkan hal tersebut kita sebagai pendidik perlu mengakomodir choice(pilihan), voice (suara) serta ownership (kepemilikan) murid.

Selain hal tersebut, yang tak kalah penting adalah bagaimana kita mampu berkolaborasi dengan segenap warga sekolah/komunitas sekolah dalam membantu menumbuhkan kepemimpinan murid melalui program yang berdampak pada murid.

Juga bagaimana mengidentifikasi, merancang dan mengelola program yang efektif dan berdampak pada murid. Untuk memilih dan merancang program yang berdampak pada murid dapat dilakukan melalui tahapan BAGJA (Buat pertanyaan,Ambil pelajaran,Gali Mimpi, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi) sebagai acuan langkah bagi guru dan dapat terorganisasi dengan baik.

 

2. Apa yang mengejutkan yang Anda temukan dalam proses pembelajaran tentang pengelolaan program yang berdampak pada murid?

Hal yang mengejutkan yang saya temukan dalam proses pembelajaran tentang program yang berdampak pada murid adalah untuk mewujudkan kepemimpinan murid, kita perlu mengakomodir choice(pilihan), voice (suara) serta ownership (kepemilikan) murid. Mempertimbangkan suara, pilihan dan kepemilikan murid adalah tentang bagaimana kita memberdayakan murid kita agar memiliki kekuatan untuk dapat berubah ke arah yang lebih baik. Sebab selama ini murid cenderung menunggu apa yang diberikan oleh guru. Program ini dapat memberikan ruang bagi murid untuk bersuara tentang apa yang membuat mereka nyaman dan menentukan pilihan mereka sendiri agar bisa memiliki rasa kepemilikan sehingga program ini mampu memberikan wadah bagi murid untuk mengembangkan ide dan kreativitas bagi murid sehingga terwujudlah kepemimpinan murid.

 

3.  Apa yang berubah yang akan Anda lakukan setelah memahami atau mempelajari materi ini?

Hal yang berubah yang akan saya lakukan setelah memahami materi ini  adalah berupaya mengakomodir segenap aspek suara, pilihan, dan kepemilikan murid untuk melaksanakan program yang berdampak kepada murid.  Saya akan berupaya untuk mensosialisasikan di komunitas praktisi saya tentang pentingnya mengakomodir ketiga hal tersebut untuk mewujudkan kepemimpinan murid dengan memberdayakan sumber daya aset yang dimiliki oleh sekolah dan merancangnya dengan tahapan BAGJA untuk mempermudah pelaksanaannya.

4. Apa yang menantang  bagi Anda untuk memahami apa yang disampaikan dalam modul ini?

Yang menantang bagi saya untuk memahami modul 3.3 adalah bagaimana memilih program yang efektif dan tepat untuk diterapkan di sekolah saya dalam rangka mewujudkan kepemimpinan murid dengan memepertimbangkan asset yang ada di sekolah saya. Tantangan terbesarnya adalah tentu saya harus melibatkan dan bekerjasama dengan seluruh stakeholder yang ada di sekolah yang mana bisa saja ada yang enggan diajak bekerjasama untuk merancang dan melaksanakan program tersebut.

5. Sumber-sumber dukungan yang saya miliki untuk membantu saya menyusun program yang berdampak pada murid.

Sumber-sumber dukungan yang saya miliki untuk membantu saya dalam menyusun program yang berdampak pada murid adalah segenap warga sekolah (kepala sekolah, rekan guru, staff TU, pustakawan, laboran, OPS, penjaga sekolah), lingkungan sekolah, lingkungan sekitar sekolah, dan lingkungan diluar sekolah yang lebih luas lagi.

 



Minggu, 13 Maret 2022

Jurnal Refleksi Minggu 22



 Jurnal Refleksi Minggu 22

Imam Mas'ud, S.Pd 

Model 3: Six Thinking Hats (Teknik 6 Topi)

 Alhamdulillah kami telah samapi pada minggu ke 22 Pendidikan Guru Penggerak. Di minggu ke 22 ini ada beberapa materi yang harus dipelajari dan beberapa aktivitas pembelajaran yang harus dilalui yaitu:

3.2.a.7 Demonstrasi Kontekstual

3.2.a.8. Elaborasi Pemahaman - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

3.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

3.2.a.10. Aksi Nyata - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

1.  Fact (Informasi)

Demonstrasi Kontekstual

Calon guru penggerak dapat menerapkan pemetaan aset yang dimiliki oleh sekolahnya melalui penugasan mandiri dan menganalisis sejauh mana potensi kekuatan aset yang sekolahnya miliki dibandingkan dengan semua sumber daya yang seharusnya dimiliki sesuai dengan peraturan negara

Elaborasi Pemahaman - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Saya dapat mengelaborasi pemahamannya tentang strategi pengelolaan sumber daya melalui proses tanya jawab dan diskusi menggunakan moda konferensi daring dengan instruktur Bu Ajeng . Sebelum melakukan sesi elaborasi dengan instruktur. Saya mengisi dua pertanyaan di aktivitas pembelajaran LMS sebagai berikut:

Koneksi Antar Materi - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Di aktivitas pembelajaran koneksi antar materi saya coba menghubungkan materi modul Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya dengan modul-modul yang didapatkan sebelumnya dan membuat rencana perubahan secara rinci dengan menggunakan format BAGJA. Saya membuat kesimpulan dan juga koneksi antara semua materi yang telah diberikan dalam modul ini dengan materi lainnya selama mengikut proses Pelatihan Guru Penggerak. Adapun point-point yang dibuat dalam koneksi materi adalah sebagai berikut:

kesimpulan tentang'Pemimpin Pembelajaran  dalam Pengelolaan Sumber Daya' dan implementasinya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. 

Membuat hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat untuk akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. 

Memberikan beberapa contoh hubungan materi Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya dengan materi lain yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti proses Pelatihan Guru Penggerak.

mendeskripsikan hubungan antara sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan terkait modul Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri setelah mengikuti proses pembelajaran dalam modul Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya.

Rencana kecil perubahan yang akan dilakukan pada diri yang berkaitan dengan materi dalam modul ini dan mengimplementasikan pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset.

Melakukan perubahan kecil yang berdampak dalam lingkup kelas. Di sini saya akan berlatih membuat rangka perubahan dalam lingkup kelas sendiri sebelum masuk ke lingkup yang lebih besar, yaitu sekolah pada modul selanjutnya.

merencanakan prakarsa yang bisa dipastikan akan dilaksanakan, dengan jangka waktu yang optimal, dan tentunya dapat mengestimasi dampak dari rencana ini bagi murid.

 Aksi Nyata - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

 Saya mempraktikkan pengetahuan dan keterampilannya tentang pengelolaan sumber daya yang memanfaatkan pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset. Saya coba menjalankan rancangan yang sudah dibuat pada tahap Koneksi Antarmateri.

2. Feeling (Perasaan)

Rasa syukur tak pernah berhenti terucap karena saya menjadi bagian dari para guru hebat yang akan bergerak bersama untuk melakukan perubahan untuk ekosistem pendidikan Indonesia. Saya belajar bagimana mengelola sumber daya yang dimiliki sekolah yang dapat mendukung terhadap perubahan pendidikanyang berpihak pada murid. Kebahagian menyeruak ketika saya dapat berdiskusi berbagi pengalaman baik terkait pengimplementasian Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya untuk menciptakan iklim pembelajaran dan komunitas pendidikan yang menyenangkan, merdeka dan berpihak pada murid dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki sekolah.

3. Benefit (Manfaat)

Aktivitas pembelajaran modul Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya  mendorong saya untuk melakukan pengidetifikasian sumber daya yang terdapat di lingkungan sekolah yang dapat dimanfaatkan sekolah untuk menunjang kamajuan dan perubahan ke arah yang lebih baik. Ternyata sangat banyak aset di lingkungan sekolah berupa berbagai modal yang kalau kita gali akan, kita identifikasi akan mampu di olah sebagai penunjang peningkatan pendidika sekolah kita.

4.  Cautions (Kendala)

Sama seperti seperti aktivitas-aktivitas pembelajaran sebelumnya, signal masih menjadi salah satu kendala yang menghadang melakukan pembelajaran secara daring. Bahkan dalam aktivitas pembelajaran melalui virtual meeting harus mematikan video kita jadi audio saja yang di unmute. Jika kedua nya diaktifkan akan mengganggu jaringan sehingga keluar masuk meeting secara otomatis. Data sumber daya /aset yang dimiliki sekolah akan valid dan terakomodir seluruhnya jika dalam proses pengidentifikasian dilakukan tidak hanya oleh CGP saja tetapi melibatkan warga sekolah atau memaksimalkan peran komunitas praktisi. Tetapi itulah terkadang tidak semua warga sekolah mau diminta bantuan walaupun untuk kepentingan sekolah masih banyak yang lebih menikmati kondisi yang berjalan sekarang tidak harus ada perubahan.

5.  Creativity (Ide/Gagasan)

Akan mencoba memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimiliki untuk dikelola dan dimanfaatkan sebagai kekuatan/modal/potensi/aset sekolah. Kekuatan/aset tersebut adalah modal berharga yang akan mengubah tatanan ekosistem pendidikan yang merdeka dan berpihak pada murid. Sudah sepatutnya data kekuatan yang dimiliki sekolah disosialisaikan kepada seluruh warga sekolah untuk diketahui dan dimanfaatkan dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

6. Process (Kesimpulan)

Guru penggerak dituntut tidak hanya menjadi pemimpin pembelajaran akan tetapi menjadi pemimpin yang lebih luas ruang lingkupanya dari pemimpin pembelajaran. Guru penggerak harus memberikan perubahan dengan bukti nyata dan memperkuat posisinya di sekolah dengan kreatifitas penuh data. Salah satunya adalah melakukan perubahan dengan memanfaatkan aset/potensi/kekuatan dari hasil pengidentifikasian sumber daya. Pemanfaatan sumber daya yang dimiliki sekolah merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang merdeka dan berpihak pada murid.

 

 

 

Sabtu, 05 Maret 2022

3.2.a.10.2. Jurnal Refleksi - Minggu 21

 



Jurnal Refleksi Minggu 21
Imam Mas'ud, S.Pd

Minggu ke 21 kami hanya menjalani pembelajaran penuh selama tiga hari saja karena terdapat dua hari tanggal merah yakni libur Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW dan Hari Raya Nyepi. Sehingga aktivitas yang dilakukan hanya Ruang Kolaborasi pengerjaan, Ruang Kolaborasi Presentasi dan Refleksi Terbimbing. Pada jurnal refleksi kali ini model yang digunakan adalah Model DEAL

Description

Ruang Kolaborasi Pengerjaan

Pada ruang kolaborasi pengerjaan, fasilitator membagi kami menjadi empat kelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas guru dengan jenjang yang berbeda namun berasal dari daerah yang sama atau berdekatan. Kami mendiskusikan berbagai sumberdaya di daerah kami.

Ruang Kolaborai Presentasi

Secara berkelompok hasil dari pengidentifikasian berbagai sumber daya di daerah untuk sekolah dipresentasikan melalui google meet. Setiap kelompok mempresentasikan hasil identifikasi aset/modal. Setiap kelompok memberikan umpan balik terhadap presentasi kelompok lain. 

Umpan balik yang diberikan berdasarkan beberapa pertanyaan ini: hal paling menarik yang ditemukan, hal yang paling ingin diketahui lebih lanjut lagi, dan hal yang mungkin sangat tidak berhubungan dengan aset sumber yang sedang kita diskusikan. 

Refleksi Terbimbing

Setelah mengunggah hasil ruang kolaborasi kelompok kami para CGP melakukan refleksi dan metakognisi terhadap cara pandang yang sebelumnya melihat dari sisi masalah dan kekurangan sekolah dari semua sumber daya yang ada, memandang dari sisi aset dan kekuatan yang dimiliki oleh sekolah.  Kegiatan pada pembelajaran ini yaitu merefleksikan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah dengan menjawab beberapa pertanyaan pemantik.

Examination

Alhamdulillah seluruh aktivitas pembelajaran yang terdapat di Learning Management System (LMS) pada minggu ke-21 dapat terlampaui dan tercapai sesuai tujuan yang telah ditentukan. Saya dapat mengidentifikasi berbagai sumber daya di daerah untuk sekolah  SMPN 2 Tanjungsari dan mampu memetakan pemanfaatan sumber daya tersebut secara efektif. Saya dapat memunculkan strategi pemanfaatan aset yang terdapat di sekolah dan memperoleh data terkait asset apa saja yang ada di lingkungan sekolah.

Articulation of Learning

Data sumber daya aset/potensi/kekuatan yang didapat dari proses pengidentifikasian akan dijadikan sebagai salah satu acuan yang dapat digunakan sekolah untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Harapannya dengan demikan dapat mengondisikan ingkungan yang memberikan dukungan secara penuh terhadap terciptanya pembelajaran yang membuat peserta didik nyaman dan situasi kondusif untuk berkembangnya peserta didik sesuai kodratnya agar tercapai merdeka belajar.


Sabtu, 26 Februari 2022

3.2.a.10.1. Jurnal Refleksi - Minggu 20

 


3.2.a.10.1. Jurnal Refleksi - Minggu 20

Imam Mas'ud, S.Pd

Tidak terasa, tibalah kami di  minggu ke-20 pendidikan guru penggerak angkatan 3 Kabupaten Lampung Selatan. Di minggu ke-20 ini, kami memulai aktivitas pembelajaran Modul 3.2. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran.

Jurnal refleksi minggu ke-20 ini saya menggunakan model 4F. Model 4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P, dengan pertanyaan sebagai berikut.

1.       Fact (Peristiwa)

a.    Mulai dari diri

Aktivitas yang dilakukan dalam mulai dari diri adalah mengingat ulang pengetahuan tentang faktor-faktor yang memengaruhi ekosistem sekolah dan peran pemimpin dalam pengelolaan sekolah dengan mengisi pertanyaan yang ada, merefleksikan hasil jawaban yang dimiliki dari pengetahuan awal tentang materi ini dengan keadaan di sekolahnya, dan mengajukan pertanyaan dan harapan tentang materi ini.

b.    Eksplorasi konsep mandiri

Dalam aktivitas pembelajaran eksplorasi konsep mandiri Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya saya belajar Berpikir berbasis aset dan berpikir berbasis kekurangan/masalah, menggunakan Strategi pengelolaan sumber daya menggunakan pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (Asset-Based Community Development/ABCD), melakukan Pemetaan sumber daya yang ada di daerah dan sekolah menggunakan tujuh aset/sumber daya berdasarkan pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (Asset-Based Community Development) CGP,  mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ekosistem sekolah,  mengidentifikasi peran pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, memahami pengelolaan sumber daya yang ada di sekolahnya dengan menggunakan pendekatan Pengembangan Komunitas berbasis Aset (Asset Based Community Development/ABCD), memahami potensi sumber daya yang dimiliki lingkungan sekolahnya, dan mengevaluasi hasil pemetaan potensi sumber daya sekolahnya yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran murid.

c. Eksplorasi konsep forum diskusi

Di sesi ini saya mendiskusikan beberapa pertanyaan yang terkait materi dari Eksplorasi konsep sebelumnya dengan seluruh CGP dan dipandu oleh fasilitator, memahami potensi sumber daya yang dimiliki lingkungan sekolahnya, mengevaluasi hasil pemetaan potensi sumber daya sekolahnya yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran murid, dan memahami cara berpikir dengan pendekatan asset-based thinking.

d.    Lokakarya 5.

Lokakarya ke 5 PGP angkatan 3 Kabupaten Lampung Selatan dilaksanakan pada 26 Februari 2022 bertempat di Gedung SMP Yadika Natar Lampung Selatan. Lokakarya kali ini memiliki kesan tersendiri bagi kami. Untuk pertama kalinya dalam pelaksanaan loka karya angkatan ke 3 guru penggerak Kabupaten Lampung Selatan, ada beberapa rekan CGP yang berhalangan hadir dikarenakan terpapar Covid 19. Tapi puji syukur alhamdulillah lokakarya dapat berjalan dengan lancar. Untuk lokakarya 5, topik pembelajaran modul adalah :  Refleksi Kompetensi Calon Guru Penggerak. Berdasarkan topik tersebut, CGP dapat merefleksi diri sejauh mana perkembangan kompetensi calon guru penggerak selama mengikuti program ini.

2. Feelings (Perasaan)

Saya sangat senang karena mendapatkan konsep baru tentang pendekatan berbasis aset. Konsep yang dapat memberikan perubahan ke arah lebih baik pembelajaran di sekolah. Bagaimana kita sebagai pemimpin belajar menemukan/mengidentifikasi, mengelola dan mengevaluasi sumber daya yang dimiliki sekolah sebagai kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan dimaksimalkan untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid.

3.    Findings (Pembelajaran)

Dalam modul pemimpin dalam pengelolaan aset saya belajar bagaimana mengidentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi ekosistem sekolah,  dalam modul ini pun saya belajar untuk mengelola sumber daya yang dimiliki dan bagaiman mengelola sumber daya yang ada di sekolahnya dengan menggunakan pendekatan Pengembangan Komunitas berbasis Aset (Asset Based Community Development/ABCD) selanjutnya melakukan pemetaan sumber daya tersebut dan mengevaluasi hasil pemetaan potensi sumber daya sekolahnya yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran murid.

4.    Future ( Penerapan)

Ke depannya saya akan berupaya untuk mengidentifkasi sumber daya yang ada di sekolah Saya yaitu SMPN 2 Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan, melakukan pemetaan dan mengevaluasi hasil pemetaan tersebut. Proses akan dilakukan sebagai upaya perbaikan ekosistem sekolah yang lebih berpihak kepada murid dan mampu menciptakan kemerdekaan belajar, sehingga murid dapat hidup dan berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya.


Sabtu, 19 Februari 2022

3.1.a.10.3. Jurnal Refleksi Minggu 19

 


Jurnal Refleksi Mingguan – Minggu 19 (Model 4P)

Imam Mas'ud

Peristiwa

Pada minggu ini saya masih melanjutkan pembelajaran tentang pengambilan keputusan. Sesi pembelajaran minggu ini, saya mengerjakan tugas demonstrasi kontekstual, mengikuti kegiatan elaborasi pemahaman bersama instruktur yang sangat enerjik dan inspiratif Bu Monika Irayati Irsan. Dalam elaborasi konsep ini banyak hal yang belum saya pahami akhirnya menjadi paham dengan pemaparan materi dari beliau.  Selanjutnya berbagi pemahaman lewat Koneksi Antarmateri. Pada bagian ini, saya berusaha menemukan keterkaitan antarmateri. Keterkaitan tersebut membuka pemahaman terkait materi yang ada di dalam modul 3.1 tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Perasaan

Melanjutkan modul 3.1. ini ada sedikit rasa lega. Kelegaan tersebut karena menjadi lebih memahami materi pengambilan keputusan setelah mengikuti elaborasi konsep bersama instruktur, fasilitator, PP dan rekan CGP lain. Selain itu semua tugas di modul 3.1 sudah selesai dikerjakan. Selain itu, juga lebih tenang saat mempersiapkan aksi nyata pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Pembelajaran

Pembelajaran utama yang diperoleh adalah semakin terbukanya pemahaman tentang pengambilan keputusan yang tepat. Semakin terbukanya pemahaman ini merupakan awal kemudahan dalam mengimplementasikan di sekolah. Saya jadi mendapat inspirasi untuk mengimplementasikan aksi nyata di sekolah. Tahapan yang akan dilaksanakan di antaranya, yaitu melakukan analisis keputusan yang telah dibuat oleh sekolah. Kasus yang diangkat adalah kejadian di sekolah. Setelahnya melakukan diskusi dengan sejawat dalam komunitas praktisi di sekolah. Hasil diskusi dijadikan sebagai bahan refleksi perbaikan ke depannya.

Perubahan

Perubahan nyata yang terjadi pada diri saya adalah meningkatnya pemahaman terkait pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.  Hal ini terlihat dari tidak ada lagi kendala yang berarti dalam melakukan analisis beberapa pengambilan keputusan di sekolah. Kedepannya saya berupaya  untuk berusaha seoptimal mungkin menerapkan paradigma, prinsip, dan langkah pengambilan dan pengujian keputusan dalam kegiatan sehari-hari di sekolah.


Jumat, 18 Februari 2022

3.1.a.9 Koneksi Antar Materi

 

3.1.a.9. Koneksi Antar materi

Oleh : Imam Mas’ud

Assalamualaikum. Alhamdulillah saya sampai pada modul 3.1.a.9 Koneksi Antar Materi di Program Pendidikan Guru Penggerak. Untuk membantu mengerjakan tugas kali ini ada 9 pertanyaan pemandu untuk mememudahkan kami memaparkan keterkaitan antara materi dari modul 1 hingga modul 3.1 ini.

Adapun pertanyaan-pertanyaannya adalah sebagai berikut.

Panduan Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):

1  Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

 Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara terdiri atas tiga semboyan yakni.

Pertama, Ing Ngarso Sung Tulodo, hal ini berarti bahwa pada saat kita berada di depan sebagai seorang guru, yang tentunya juga sebagai panutan, kita dapat memberikan teladan yang baik bagi murid-murid. Oleh karena itu dalam mengambil suatu keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus terlebih dahulu menganalisis dan mempertimbangkan matang-matang karena segala keputusan yang diambil akan menjadi contoh bagi murid – muridnya termasuk juga bagi lingkungan di sekitarnya.

Kedua Ing Madyo Mangun Karso, hal ini berarti kita sebagai seorang pendidik  dapat membangun karsa atau kemampuan atau semangat pada saat di tengah anak didik kita. Oleh sebab itu, guru harus mampu mengambil keputusan-keputusan yang berpihak kepada murid dan dapat membangkitkan karsa semangat dan kemampuan murid-muridnya agar murid-muridnya dapat tumbuh sesuai dengan kodratnya.

Ketiga,  Tut Wuri Handayani, yang berarti di belakang dapat memberikan dorongan kinerja pada murid agar dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya.  Ini berarti bahwa guru harus mampu mengambil suatu keputusan terkait proses pembelajaran dan kegiatan sekolah yang dapat mendorong kinerja murid agar dapat berkembang sesuai dengan minat, profil dan kesiapan belajarnya sehingga seluruh murid terakomodasi dan terpenuhi kebutuhan belajarnya.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam suatu pengambilan keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik sanga berpengaruh terhadap prinsip-prinsip yang diambilnya dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Terdapat tiga prinsip pengambilan keputusan yang dapat dijadikan acuan untuk pengambilan keputusan tersebut. Ketiga prinsip tersebut antara lain Rule-based Thinking atau pemikiran berbasis peraturan, End-based Thingking atau pemikiran berbasis hasil akhir dan Care-based Thingking atau pemikiran berbasis rasa peduli.

Rule-based Thinking biasanya diambil oleh orang-orang yang mengedepankan intuisi, kejujuran, aturan atau suatu prinsip yang mendalam. End-based Thingking biasanya diambil oleh orang-orang yang mengutamakan nilai-nilai agama, penghargaan akan kehidupan, masa depan dan kepentingan orang banyak, sedangkan Care-based Thingking biasanya diambil oleh orang-orang yang mengutamakan rasa kasih sayang, cinta, toleransi, kesetian dan  empati.

3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Pembimbingan yang telah dilakukan oleh fasilitator juga pendamping praktik telah membantu saya berlatihnya evaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan. Coaching yang kita lakukan terhadap murid kita tentu membawa manfaat yang sangat berarti. Murid akan mampu mengembangkan potensi dirinya untuk terus belajar dan menemukan solusi atas masalahnya,hal ini tentu memberi dampak pada tercapainya kompetensi tertentu, membangkitkan motivasi dan komitmen pada perubahan. Sebagai pemimimpin pembelajaran apabila murid kita memperoleh coaching yang tepat, tentunya sangat berpengaruh dalam melakukan pengembangan kinerja dengan lebih strategis dan sangat berpengaruh bagi keputusan yang diambil. Coaching pun sangat efektif terutama dalam pengujian pengambilan keputusan.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Sebagai guru, kita mesti memiliki kemampuan dalam mengelola aspek social emosiaonalnya agar tepat ketika mengambil sebuah keputusan. Kita mesti mempertimbangkan kebutuhan dan menunjukkan keberpihakan kita pada murid.  Kita tidak tahu akan menjadi apa murid-murid kita kelak. Kita juga tidak  Jika saat ini kita mengambil keputusan yang salah, bisa jadi akan menghambat langkahnya mencapai cita-cita murid. Bisa saja murid berubah menjadi lebih baik berkat keputusan yang kita ambil tentangnya. Bisa juga dengan keputusan kita yang tepat saat ini murid bisa menemukan potensi diri yang tersembunyi. Oleh karena itu penting mengubah mindset kita, bahwa proses pembelajaran sejatinya pengambilan keputusan yang memerdekakan murid.

 

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral dan etika berkaitan erat dengan nilai-nilai yang dianut seorang pendidik. Moral dan etika adalah satu kesatuan merupakan nilai-nilai yang dianut seorang pendidik. Moral dan etika tetaplah harus tertanam sebagai nilai seutuhnya pada pribadi pendidik. Pembahasan studi kasus yang fokus pada moral dan etika merupakan langkah awal bagi pendidik untuk mengenali nilai-nilai dalam diri. Melalui pembahasan studi kasus pendidik bisa sekaligus mengeksplorasi nilai-nilai lainnya dalam diri antara lain peduli dan tanggung jawab. Selain itu, kedua nilai ini akan memberikan kemudahan bagi guru untuk membedakan bujukan moral dan dilema etika. Dalam studi kasus pengambilan keputusan, seorang pendidik harus memahami terlebih dahulu perbedaan antara bujukan moral dan dilema etika.

6 . Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, yang tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Pengambilan keputusan yang tepat berpegangan pada kepentingan terbaik bagi semua pihak. Sehingga tidak ada pihak-pihak yang tersakiti akibat pengambilan keputusan tersebut. Tentunya bukan hal yang mudah. Membutuhkan upaya yang terencana dan sistematis

Sebuah pengambilan keputusan yang baik dan tepat tentunya harus dilakukan secara bertahap dan menganalisis terlebih dahulu berbagai aspek.  Hal pertama yang harus dipertimbangkan adalah empat paradigma dilema etika. Kita harus melihat terlebih dahulu paradigma dilema etika apa yang sedang terjadi? Apakah paradigma Dilema etika individu melawan masyarakat, rasa keadilan melawan rasa kasihan, kebenaran melawan kesetiaan, atau jangka pendek melawan jangka Panjang. Kita juga harus melihat misi pengambilan keputusan yang paling tepat. Apakah Rule-based Thingking, Apakah End-based Thingking dan apakah Care-based Thingking. Selanjutnya keputusan tersebut haruslah diambil dengan menggunakan langkah-langkah pengambilan keputusan.

Ada 9 langkah-langkah yang dapat dilakukan :

Pertama adalah mengenali terlebih dahulu nilai-nilai yang saling bertentangan.

Kedua menentukan pihak-pihak yang terlibat

Ketiga mengumpulkan fakta-fakta secara lengkap dan detail

Keempat melakukan pengujian benar atau salah

Kelima melakukan pengujian benar melawan benar

Keenam melakukan prinsip revolusi

Ketujuh mencoba mencari atau menginvestigasi opsi trilemma

Kedelapan membuat keputusan

dan yang terakhir atau kesembilan yaitu melakukan refleksi dan mengambil pelajaran dari suatu keputusan yang telah diambil.

7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?          

Melakukan hal baru adakalanya di tengah perjalanan menemukan kesulitan. Bisa jadi kesulitan muncul karena masalah  paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem yang kadangkala kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid. Yang kedua tidak semua stakeholder di  sekolah berkomitmen untuk menjalankan keputusan bersama. Yang ketiga terkadang ada keputusan sekolah tidak melibatkan segenap stake holder di sekolah khususnya guru, sehingga terdapat kendala-kendala dalam proses pelaksanaan keputusan.

8. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid – murid kita?

Pengambilan keputusan sangat berpengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan murid. Bentuk pengaruh nyata terlihat dari pengambilan keputusan terkait proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Keputusan dalam menentukan bentuk-bentuk diferensiasi yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran. Selain itu juga terkait dengan keputusan untuk mengembangkan proses pembelajaran berpihak pada murid. Semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil. Apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid – muridnya?

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus memahami paradigma pengambilan keputusan. Hal ini akan membantu mempermudah dalam menentukan prinsip dan langkah-langkah pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang dilakukan seorang pemimpin pembelajaran harus berpihak pada murid. Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan sangat mempengaruhi masa depan peserta didik. Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan dari pembelajaran modul materi ini dan keterikatannya dengan modul-modul sebelumnya adalaha bahwa  kita harus mempelajari pengambilan keputusan dengan tepat dalam pengajaran yang memerdekakan anak demi kebaikan mereka di masa yang akan datang. Oleh karena itu, untuk bisa menghadirkan masa depan murid yang lebih baik, guru juga perlu mempertimbangkan bentuk diferensiasi dan sosial emosional murid dalam pengambilan keputusan. Tujuannya agar keputusan pengajaran yang kita lakukan sesuai kebutuhan mereka saat ini dan masa depan.

Selain itu, sebagai seorang guru sudah seharusnya mengubah mindset, bahwa pengajaran yang dilakukan adalah bentuk dari coaching. Dalam hal ini guru harus memberikan bimbingan agar murid bisa mengambil keputusan terbaik bagi kehidupannya di masa kini dan masa depan. Dengan demikian, pengambilan keputusan dalam pengajaran yang memerdekakan murid haruslah benar-benar berpusat pada murid. Hal ini sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Sehingga profil pelajar pancasila dapat benar-benar dimiliki oleh semua peserta didik kita.